• Breaking News

    ayo kita belajar menjadi orang yang bermanfaat - Let's be sailed helpful

    Cari dulu..!!!

    Custom Search

    Query Cari

    Jumat, 03 Juni 2016

    Siapakah Yang Sebenarnya Takut Komunisme?? Mengapa Mereka Takut Komunisme??

    Oleh: Made Supriatma
    Kerala: Banyak orang optimis di Indonesia. Katanya, Indonesia adalah bangsa yang besar. Dan, bangsa yang besar adalah cita-cita kita. Indonesia mau jadi Macan Asia. Indonesia harus menjadi bangsa yang disegani di tingkat regional dan internasional. Indonesia akan memimpin bangsa-bangsa lain yang lebih lemah menghadapi yang adidaya.
    Ditengah segala keinginan itu, saya terheran-heran. Kok bangsa yang besar ini bisa begitu ketakutan dengan gambar palu arit? Kenapa jirih sama lambang yang sudah ketinggalan jaman?

    Pertanyaan saya selanjutnya adalah: Yang takut sama Komunisme itu sebenarnya siapa sih? Atau pertanyaan yang lebih penting lagi: Mengapa mereka takut sama Komunisme?
    Sejak 1980an, konstelasi dunia sudah berubah. Negara yang mengaku komunis sudah ambyar. Negara-negara ini kebanyakan memakai dalih komunisme agar elitnya bisa berkuasa. Yang didirikan sebenarnya Stalinisme. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah negara totaliter yang mengkremus semua kebebasan individual.
    Komunisme itu diadopsi unit-unit politik yang kecil. Atau negara kecil. Seperti Kuba, misalnya.
    Bisa dikatakan, dalam praktek, komunisme itu adalah senjata kaum kere miskin agar tidak dieksploitasi (kasarnya: dikemplangi) terus menerus. Di banyak negara, sekalipun negara yang katanya punya 'equal opportunity,' orang miskin ya tetep kere. Diapakan juga ya tetep kere. Seolah-olah memang dilahirkan untuk jadi kere dan nasibnya memang mati sebagai kere.
    Komunisme adalah alat untuk memobilisasi orang-orang ini agar bisa bekerja bersama untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bersama. Saya katakan kemakmuran. Bukan menjadi kaya bersama. Ini makna yang sama sekali lain. Makmur dan sejahtera tidak sama dengan kaya. 
    Ambillah contoh satu negara bagian yang terletak di barat daya benua India. Namanya Kerala. Negara bagian ini berpenduduk 33 juta jiwa. Pendapatan per kapitanya hanya $1,000. Ini $200 dibawah pendapatan per kapita India. Dari sisi ini, negara bagian Kerala tidak bisa dibilang kaya.
    Negara bagian ini agak plural. Agama yang dianut adalah Hindu (55%), Islam (27%), Kristen (18%). India adalah sebuah negeri yang sangat akrab dengan kekerasan sektarian. Artinya, orang saling bunuh atas nama agama. Ajaibnya, hal itu tidak terjadi di Kerala. Ini adalah salah satu dari sedikit negara bagian di India yang tidak terimbas kekerasan sektarian.
    Ada banyak hal yang menarik dari Kerala. Negara bagian ini termasuk salah satu wilayah dengan human development index tertinggi di dunia.  Life expectancy di negara bagian ini 72 tahun. Ini hampir menyamai Amerika Serikat yang 76 tahun. Angka kematian bayi sangat rendah. Angka melek huruf sangat tinggi, hampir sejajar dengan Singapore atau Spanyol. Sehingga artikel dari majalah The Atlantic yang saya kutip mengatakan, “Anak-anak di Kerala mengemis untuk minta pensil bukan uang.” Mungkin agak melebih-lebihkan. Tapi ruang-ruang kelas mereka bersih dan terpelihara rapi.
    Angka pembunuhan juga sangat rendah. Yang juga menarik adalah perempuan relative mendapat kebebasan. Mereka umumnya sangat terdidik. Banyak diantara mereka yang menjadi sarjana. Tradisi intelektual di kalangan masyarakat Kerala umumnya sangat tinggi.
    Tapi ya itu, mereka miskin. Kalau Sodara berkunjung kesana, pasti Sodara tidak melihat politisi dengan mobil Lambhorgini. Atau anak-anak pejabat petantang-petenteng dengan mobil sport keluaran terbaru. Atau tidak ada  mall-mall. Jangan pula harapkan ada Starbuck atau McDonald.
    Mereka memang miskin. Namun, dipandang dari sudut apapun mereka sejahtera. Menjadi sejahtera tidak harus menjadi kaya kan?
    Kerala adalah satu negara bagian yang dipimpin oleh Partai Komunis. Bukan berarti mereka tidak demokratis. Partai Komunis berkuasa lewat pemilihan. Hanya saja partai ini bisa berkuasa lama – dan mengabaikan kecenderungan di India yang dari sejak merdeka dikuasai Partai Konggres dan sekarang dikuasai partai nasionalis Hindu Bharatiya Janata.
    Partai Komunis mengorganisasi semua ini. Mereka memelihara tradisi pendidikan yang sudah ada sejak sebelum jaman kolonial Inggris. Mereka melakukan penguatan terhadap perempuan. Mereka menyediakan sistem kesehatan, mendidik tenaga-tenaga medis, mengelola rumah-rumah sakit dan memastikan bahwa rumah sakit itu untuk menyembuhkan orang sakit dan bukannya mencari keuntungan dari orang sakit.
    Dalam hal ini, Kerala hampir sama seperti Kuba, yang punya sistem kesehatan yang amat baik. Kuba juga menghasilkan dokter-dokter terampil yang bekerja di berbagai belahan dunia. Negara tetangga kita, Timor Leste, mulai mengirim mahasiswa untuk belajar ke Kuba.
    Pemerintah kiri Kerala melakukan pembangunan manusia secara besar-besaran. Mereka sedapat mungkin memeratakan pendapatan. Hasilnya adalah pembangunan manusia yang amat impresif.
    Jadi sebenarnya apa yang ditakutkan dari Komunis? Takut karena perempuan-perempuan menjadi lebih terdidik dan mandiri? Takut akan angka harapan hidup yang tinggi? Takut akan rakyat yang cerdas dimana filsafat dan ilmu pengetahuan diperdebatkan di warung-warung kopi, seperti yang digambarkan dalam artikel di majalah The Atlantic dibawah ini?  Takut akan angka pembunuhan dan angka kematian bayi yang amat rendah?
    Saya tidak menganjurkan Indonesia menjadi seperti Kuba atau Kerala. Indonesia terlalu besar untuk satu sistem. Tapi, mungkin suatu kali kita boleh berpikir diluar kelaziman. Taruhlah kita punya satu partai yang secara keagamaan kuat namun dengan program yang yang ‘kiri’ seperti di Kerala. Partai ini bisa menang pemilihan di satu kabupaten dan mulai menerapkan satu eksperimen “Sosialisme Islam” didalamnya.
    Hal ini sama sekali bukan sesuatu yang mustahil untuk dijalankan.
    Akan tetapi, bisakah Sodara menebak siapa yang sangat ketakutan kalau ini sungguh-sungguh terjadi?
    http://www.theatlantic.com/magazine/archive/1998/09/poor-but-prosperous/377206/

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Berikan Komentar Anda... Dengan berkomentar, Anda semua sudah memberikan Kontribusi untuk perkembangan Blog AyoKita.Click ini. Terima kasih

    Web hosting

    ads aff

    Translate

    Search

    Custom Search

    Hasil Penusuran

    Artikel dan Makalah di Kede Kopi

    Travel